Bab 1
pendahuluan
A.
Latar
belakang
Bahasa
Arab merupakan salah satu bahasa yang telah menyentuh berbagai ranah dunia.
Selain sebagai bahasa media ajaran islam, bahasa Arab juga telah berjasa dalam
menjunjung tinggi sains dan teknologi, memperkaya khazanah budaya nasional dan
media perubahan politik internasional yang semakin menampakkan perananya dewasa
ini. Sehingga bahasa Arab mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Adapun
metode pembelajaran Bahasa Arab dan inovasinya akan menjadi tantangan
tersendiri bagi setiap guru bahasa Arab. Oleh karena itu pembelajaran bahasa
arab juga menuntut kecerdasan setiap guru untuk memahami aspek yang berkaitan
dengan hasil pembelajaran.Yakni dengan menciptakan teknik-teknik baru dalam
pembelajaran bahasa arab agar siswa menjadi lebih aktif, terampil, mampu
menguasai dan mahir dalam bahasa arab.
Adapun perkembangan pembelajaran bahasa arab ada
dipesantren-pesantren dan hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia seperti
salah satunya institute agama islam negeri sunan ampel Surabaya yang mana kita
berada didalamnya sekarnag ini sudah agak membaik karena terciptanya
tehnik-tehnik baru yang telah diterapkan sehingga santri bahkan mahasiswa bisa
aktif dan selalu termotifasi untuk belajar bahasa arab.
Kamipun
terdorong untuk melakukan analisis pembelajaran bahasa arab khususnya metode-metode
pembelajaran bahasa arab berbasisi kompetensi. Apakah dengan diterapkannya
beberapa tehnik pembelajaran beserta metode-metode yang ada (mubasyarah,
Muhadasah, Insya’ dan qowaid) sudah bisa mencapai hasil belajar bahasa arab
yang efektif dan apakah masih membutuhkan tehnik-tehnik baru lagi.
B. Tujuan dan
Manfaat
Dari
analisis yang kami tuangkan dalam makalah ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui teknik-teknik pembelajaran berbasis kompetensi yang lebih efektif
sehingga membuat para siswa lebih aktif dalam belajar bahasa arab khususnya
yang ada di Pondok Pesantren dan universitas-universitas
islam swasta maupun negeri seperti institut agama islam negeri surabaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
kompetensi
Secara
definisi kompetensi adalah kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa
pada tahap pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kemampuan dasar ini akan
dijadikan sebagai landasan melakuakan proses pembelajaran dan penialain terhadap peserta didik. Kompetensi itu merupakan target, sasaran,
standar bagaimana yang telah dijelasakan oleh Binyamin.S.Blomm dan Gagne dalam teori teorinya
terdahulu[1].
Dari sini kita dapat berpendapat bahwasannya faham dasar akan kompetensi
itu sendiri adalah terjadinya suatu keseimbangan dalam sebuah kegiatan belajar
mengajar, yaitu keseimbangan antara teoritik dan praktik dan pola pengajaran
seimbang 50% teori dan 50% praktik.
Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap yang dikuasai oleh seseorang dalam dirinya untuk
menunjang suatu keberhasilan sehingga dapat melakukan perilaku yang kognitif,
afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Kompetensi mencakup dalam hal
tugas, keterampilan, sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik agar dapat
melaksanakan tugasnya.
Kurikulum membutuhkan kerja sama yang baik antara
pendidikan dan dunia kerja terutama dalam menganalisis kompetensi yang perlu
diajarkan kepada peserta didik.[2]
Beberapa
aspek yang terkandung dalam konsep
kompetensi :
1. Pengetahuan
( knowlage)
Yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif. Seorang pengajar harus mengetahui apa yang dibutuhkan oleh anak
didiknya dan bagaimana cara dia menyampaikan pembelajarannya.
2. Pemahaman
( understanding )
Yaitu kedalam kognitif dan afektif
yang dimiliki individu. Seorang pengajar harus mengetahui dan memahami karakter
dan kondisi anak didiknya agar tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien.
3. Kemampuan
( skill )
Yaitu sesuatu yang dimiliki
individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang di bebankan kepadanya.
Kemampuan seorang pengajar dalam memilih cara pengajaran yang baik agar peserta
didik tertarik dan dapat memahami pelajaran tersebut dengan baik.
4. Nilai
( value )
Yaitu standar prilaku yang diyakini
dan telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya, perilaku pengajar dalam
pembelajaran, yang meliputi : kejujuran, keterbukaan, dan demokrasi.
5. Sikap
( attitude )
Yaitu prasaan atau reaksi terhadap sesuatu
yang datang dari luar. Misalnya, reaksi terhadap krisis ekonomi.
6. Minat
( interest )
Yaitu kecenderungan seseorang untuk
melakuka suatu perbuatan. Misalnya, minat untuk melakukan atau mempelajari
sesuatu.
Kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan
sebagai suatu konsep kurikulum yang menekan pada pengembangan kemampuan
melakukan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik.[3]
Kurikulum berbasis kompetensi menfokuskan pada
perolehan kompetensi dasar
tertentu dan pengarahan kegiatan pembelajaran untuk membantu tingkat kompetensi
peserta didik. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pengajar yang berkualitas
dan profesional agar bisa melakukan kerjasama dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Hubungan kompetensi dengan pembelajaran menunjuk kepada perbuatan
yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi dalam proses belajar.
Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari
kurikulum berbasis kompetensi :
1. Pergeseran
dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual
2. Pengembangan
konsep belajar tuntas ( mastery learning ) agar dapat mempelajari bahan dengan
hasil yang baik
3. Pendefisinian
kembali terhadap bakat.
Hal
tersebut memberikan beberapa implikasi terhadap pembelajaan :
1. Pembelajaran
perlu lebih menekankan pada kegiatan individual meski secara klasikal. Tugas
diberikan secara individu bukan kelompok
2. Mengupayakan
belajar yang kondusif dengan metode dan media yang bervareasi agar pembelajaran
lebih tenang dan menyenangkan
3. Perlu
waktu yang cukup dalam penyelesaian tugas, agar tugas belajar terselesaikan
dengan baik
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi :
1. Penetapan
kompetensi yang akan dicapai
2. Pengembangan
strategi untuk mencapai kompetensi
3. Evaluasi
B.
Standar
kompetensi
Kurikulum berbasi kompetensi merupakan kerangka
tentang mata pelajaran yang hatus diketahui, dilakuakan, dimahirkan oleh setiap peserta didik
pada setiap tingkatan. Dan kerangka ini disediakan dalam komponen utama yaitu:
1. Kompetensi
dasar
2. Materi
pokok
3. Indicator
MATERI POKOK
|
KEMAMPUAN DASAR
(tujuan)
|
INDIKATOR
|
Mekanisme
kemampuan dasar
Dari
sini kami dapat menarik suatu kesimpulan bahwasannya kemampuan dasar adalah
tujuan pembelajaran dari materi yang akan diberikan kepadda peserta didik
sesuai dengan taksonomi B.S. Blomm, Yang mengguanakan kata operasional dalam
yang bersifat umum yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan dasar pengetahuan
tingkat rendah, menengah, tinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analilsis, sintesis, dan evaluasi. Dan supaya lebih jelasnya maka bisa kami
gambarkan sebagai berikut.
pemahaman
|
pengetahuan
|
sintesis
|
analisis
|
aplikasi
|
evaluasi
|
Pengetahuan
tingkat tinggi
|
Pengetahuan
tingkat menengah
|
Pengetahuan
tingkat rendah
|
C.
Bahasa
arab di fakultas tarbiyah
Bahasa
arab merupakan bahasa yang sudah tidak asing lagi dikalangan umat islam
khususnya para santri yang tinggal di pesantern ataupun para mahasiswa yang
tinggal di perguruan tinggi atau universitas islam baik negeri maupun swasta.
Karena pentinganya hal ini selain bahasa arab sebagai salah satu bahasa
pengantar untuk menelaah lebih dalam lagi akan khazanah khazanah islam yang
telah diwariskan oleh nabi dan para sahabat dan ulama’ terdahulu.
Bahasa arab adalah bahasa yang sangat penting bagi
kita. Karna bahasa arab merupakan salah satu kunci untuk membuka khazanah-khazanah islam.
Menurut Bapak Ali Hasan,[4]
Bahasa arab merupakan bahasa yang sangat penting, karena dengan bahasa arab mahasiswa dapat
mempelajari agama islam dan bahasa arab adalah bahasa al-quran dan hadits. Oleh
karna itu, bahasa arab diterapkan di sekolah, madrasah dan perguruan tinggi
yang berbasis islam.
Penerapan bahasa arab disekolah atau madrasah dengan
cara menambah pelajaran di luar jam pelajaran. Kemudian penerapan bahasa arab
di perguruan tinggi dengan diadakannya program penunjang yang berbeda di setiap
Universitas atau Institut Islam yang ada. Contohnya, di IAIN Sunan Ampel
Surabaya yang mengadakan program penunjang bahasa arab, seperti: Program
Intensive, Unit Pengembangan Bahasa Asing yaitu bahasa arab dan bahasa inggris,
seminar, diskusi dan lain-lain.
Di Fakultas
Tarbiyah sendiri banyak program yang dapat menunjang bahasa arab mahasiswa yang
diadakan oleh bagian Akademik, Senat Mahasiswa fakultas atau Himpunan Mahasiswa
Jurusan. Contohnya: Program Intensive, seminar, diskusi, lomba-lomba seperti:
pidato dan debat menggunakan bahasa arab. Dari program-program penunjang
tersebut dapat meningkatkan bahasa arab mahasiswa di fakultas tarbiyah, karena
bahasa arab merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap
mahasiswa.
Pembelajaran bahasa arab di fakultas tarbiyah antara
satu jurusan dengan jurusan yang lainnya itu mempunyai perbedaan, dilihat dari
segi jurusan. Misalnya, pembelajaran di jurusan Pendidikan Agama Islam yang
hanya mempelajari bahasa arab secara umum. Berbeda dengan pembelajaran di
jurusan Pendidikan Bahasa Arab yang mempelajari bahasa arab secara lebih mendalam. Dalam pembelajaran
bahasa arab, setiap dosen tidak lepas dari empat kemampuan untuk menerapkannya, yaitu: kemampuan membaca,
menulis, mendengarkan dan berbicara. Dari keempat kemampuan itu, setiap
dosen pasti menemui kendala-kendala dalam penerapannya. Contoh kendala tersebut
adalah tidak semua mahasiswa dapat berbicara bahasa arab dengan baik dan tidak
semua mahasiswa menyukai bahasa arab, karena bagi mereka bahasa arab itu sulit,
bahasa kuno dan peluang untuk bekerja sangat sedikit. Mereka lebih termotivasi
dengan bahasa inggris, yang mereka anggap bahasa internasional dan lebih banyak
peluang dalam pekerjaan.
Bahasa arab di jurusan pendidikan bahasa arab
sangatlah ditekankan, dengan diterapkannya berbicara bahasa arab pada hari
senin dan selasa dan kegiatan-kegiatan yang menggunakan bahasa arab oleh
Himpunan Mahasiswa Jurusan dan juga pada saat mengikuti mata kuliah yang di
wajibkan berbahasa arab, seperti: Muhadatsah, Shorof, dan Istima’. pada
semester lima
di jurusan ini dikembangkan menjadi dua
prodi, yaitu: tarjamah dan pariwisata. Meskipun adanya perbedaan program studi,
tetepi pada saat lulus diharapkan masih dapat mengajar bahasa arab dengan
metode-metode yang sesuai dengan pembelajaran bahasa arab.
Di
fakultas tarbiyah institut agama islam negeri sunan ampel Surabaya bahasa arab
menjadi lebih ditekankan terlebih setelah terbentuknya sebuah jurusan yang
memperdalam akan bahasa arab itu sendiri yang kita kenal dengan sebutan jurusan
pendidikan bahasa arab. Selain bahasa inggris bahasa arab juga sebagai salah
satu tolak ukur bagi mahasiswa secara umum dan itu terlihat dengan adanya kelas-kelas intensif yang sering kita temui di pagi hari setiap senin sampai kamis.
Dari sini kita bisa melihat akan pentingnya sebuah penguasaan bahasa asing
khususnya bahasa arab dikalangan mahasiswa perguruan tinggi islam di Indonesia.
Dalam hal ini,
fakultas tarbiyah khususnya dalam progam studi pendidikan bahasa arab lebih menekankan
kepada pemakaian cara-cara
atau metode yang berbasis kompetensi sehingga dapat mencetak kader-kader umat
yang bisa berbahasa aktif bukan hanya pasif yang bisa memahami akan tetapi di suatu
sisi ia tidak bisa mengungkapkan segala argumentasi yang mau ia utarakan kepada
orang disekitarnya.
Metode mubasyaroh adalah salah satu metode yang paling dominan
yang sering dipakai di fakultas tarbiyah dalam mengajarkan suatu kegiatan
belajar mengajar dalam materi bahasa arab, yang mana seorang peserta didik
dituntut untuk memaparkan dalam segala aspek yang dapat menunjang akan
terciptanya suatu pengajaran yang terarah kepada tujuan utama suatu lemmbaga
dalam pengajaran bahasa asing khususnya bahassa arab. Ada juga yang berpendapat
bahwasannya metode yang diapakai adalah metode deductive method atau dalam
bahasa kita lebih sering dikenal dengan sebutan metode learning
by doing,[5]
yang mana kesemuannya berujung kepada aktifasi sang peserta didik dalam
mempelajari dan memahami bahasa arab itu sendiri, dan dari situlah akan muncul
suatu kebiasaan yang kesemuannya akan membuatnya terbiasa dengan apa yang dapat
ia serap dan sejauh apa yang dapat dipahami dalam bentuk aplikasi yang aktif.
D.
Metode-metode
pembelajaran bahasa arab
Ibnu khaldun berkata, “Sesungguhnya pengajaran itu
merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kecermatan
karena ia sama halnya dengan pelatihan kecakapan yang memerlukan kiat, strategi
dan ketelatenan, sehingga menjadi cakap dan professional.”[6]
Penerapan metode pengajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien
sebagai media pengantar materi pengajaran bila penerapannya tanpa didasari
dengan pengetahuan yang memadai tentang metode itu. Sehingga metode bisa saja
akan menjadi penghambat jalannya proses pengajaran, bukan komponen yang
menunjang pencapaian tujuan, jika tidak tepat aplikasinya. Oleh karena itu,
penting sekali untuk memahami dengan baik dan benar tentang karakteristik suatu
metode.
Secara sederhana, metode pengajaran bahasa Arab
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu: pertama, metode
tradisional/klasikal dan kedua, metode modern. Metode pengajaran bahasa Arab
tradisional adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa
sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar secara
mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis
(Qowaid nahwu), morfem atau morfologi
(Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur
digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode
tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang
pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiyah masih menerapkan metode tersebut. Hal
ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama, tujuan pengajaran bahasa
arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan ilmu sharaf. Kedua
kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak sebagai alat untuk memahami
teks atau kata
bahasa Arab klasik yang tidak memakai harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga,
bidang tersebut merupakan tradisi turun temurun, sehingga kemampuan di bidang
itu memberikan “rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di kalangan mereka”.
Metode pengajaran bahasa Arab modern adalah metode pengajaran yang berorientasi
pada tujuan bahasa sebagai alat. Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat
komunikasi dalam kehidupan modern, sehingga inti belajar bahasa Arab adalah
kemampuan untuk menggunakan bahasa tersebut secara aktif dan mampu memahami
ucapa atau ungkapan
dalam bahasa Arab. Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah
metode langsung (tariiqah al – mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari
pada asumsi bahwa bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus
dikomunikasikan dan dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa.
1. Macam-macam metode pembelajaran
Metode pembelajaran atau metode mengajar
merupakan salah satu cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
siswa saat berlangsungnya pengajaran. Dalam metode pengajaran seorang guru
diharapkan untuk bisa menhidupkan suasana kelas atau menumbuh kegiatan belajar
siswa. Tugas guru yaitu memilih metode yang tepat untuk menciptakan proses
pembelajaran yang baik.
Menurut Nana Sujana metode
pembelajaran yang baik yaitu, metode pembelaran yang bervariasi atau kombinasi
dari beberapa metode pembelajaran. Seperti penggabungan metode ceramah dengan
tanya jawab dan tugas, ceramah diskusi dan tugas.[7]
Adapun macam-macam metode pembelajaran
yaitu:
a)
Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu
metode yang digunakan seorang guru, yang mana guru menyampaikan hal-hal menarik
antusias siswa untuk belajar. Sedangkan seorang murid hanya menjadi pendengar
aktif. Metode ceramah terkadang menjadi metode yang kurang efektif sebab siswa
hanya dituntut mendengar. Kurang adanya pola komunikasi antar murid dan guru[8].
Seperti yang
dikemukakan Winarno Surachmad M. Ed,yang dimaksud metode ceramah sebagai metode
pengajaran ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap
kelasnya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat
pembantu seperti gambar-gambar bagan, agar uraian metode jadi lebih jelas.
Tetapi metode utama dalam perhubungan guru dengan murid-muridnya adala
berbicara.
Sedangkan peranan
murid manakala diterangkan guru dengan dengan metode ceramah ini, agar murid-murid
dapat mencatat apa saja yang diterangkan dari guru yang dianggap penting dan juga pokok.
Dengan sifatnya
metode ceramah yang demikian maka biasanya metode ceramah dilaksanakan apabila:
1)
Guru akan
menyampaikan fakta-fakta atau kenyataan atau pendapat-pendapat di mana
tidak ada bahan bacaan yang menerangkan fakta-fakta tersebut.
2)
Guru harus menyampaikan
fakta kepada murid yang jumlah besarnya,
sehingga metode lain tak mungkin dipakai.
3)
Guru menghendaki
berbicara dengan menggelora semangat agar murid terangsang untuk mengerjakan
tugas dari guru atau mengembangakan apa yang mereka dapat dari proses
pembelajaran.
4)
Guru akan
menyimpulkan pokok penting yang telah dipelajari agar murid-murid mudah
memahami semua keterangan dari uraian guru.
5)
Guru akan
memperkenalkan hal-hal baru dalam rangka pembelajran yang baru.
b)
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab
atau metode komunikasi antar guru dan murid dengan guru mempertanyakan kepada
murid berkenan dengan materi-materi sebelumnya pernah dibahas, dan murid
menjawab pertanyaan guru atau sebaliknya
guru menjawab pertanyaan murid.[9]
Metode ini baik digunakan untuk mengulas
pelajar yang telah lalu. Ini metode sangat penting dalam pembelajaran. Manakala
murid lupa dengan pembelajaran lalu dengan proses tanya jawab murid akan
mengingat-ngingat pembelajaran lalu.
Tanya jawab tak
harus langsung dari murid bertanya kepada guru. Namun bisa juga antar murid dan
murid dengan diadakan diskusi di kelas. Di samping efektif menjadikan murid berfikir mendalam. Kondisi
kelas yang semula suram menjadi berapi-api, dengan sesi-sesi tanya jawab dan
beradu argumen.
c)
Metode Diskusi
Metode diskusi
merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk
menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdbatkan topik
permasalahan tertentu.
Kebanyakan metode
ini dipergunakan oleh mahasiswa dengan mahasiswa atau sebaliknya mahasiswa
dengan dosen. Saat sedang proses perkuliahan metode ini mutlak digunakan
manakala presentasi. Seorang mahasiswa menguraikan makalahnya dan mahasiswa
lainya mencoba menyimak dan mengkritisi apa yang dibahas oleh pemakalah.
Metode diskusi ini
tepat digunakan apabila menghadapi masalah kelompok, belajar mengidentifikasi
dan memecahkan masalah serta mengambil sebuah keputusan. Namun di sisi lain
metode diskusi ini mempunyai
keterbatasan yaitu: menyita waktu yang cukup lama mewajibkan para
siswa/mahasiswa mengetahui latar belakang masalah tersebut atau inti
permasalahan dan sangat merugikan bagi
siswa/mahasiswa yang malu untuk berbicara.[10]
Dengan metode diskusi ini para siswa lebih bisa diskriminasi, toleransi dalam
memecahkan masalah.
d)
Metode Pembelajaran Terprogram
Metode pembelajaran
terprogram identik dengan menggunakan bahan pengajaran yang sudah disiapkan
secara khusus.
Metode ini berbasis
pada spesifikasi bahasan dengan patokan pada bahan khusus untuk memperinci
matari pembelajaran, yang dengan ini para siswa mendapatkan kebebasan penuh
untuk belajar sesuai dengan kecepatan pemahamannya masing-masing. Metode ini baik
digunakan apabila kurang mendapatkan interaksi sosial, pembelajaran formal,
mempermudah siswa belajar dalam waktu yang diinginkan.
e)
Metode Deduktif
Metode deduktif ialah metode yang mengajarkan beberapa teori
kemudian langsung pada penerapannya. Metode dari mulai pembahasan umum sampai
pada yang khusus. Biasanya metode ini sering digunakan pada pengajaran
keagamaan yang bersangkutan dengan praktek peribadatan yang sangat memerlukan
praktek secara real atau nyata,
sperti wudhu, sholat, dan haji.
f)
Metode Induktif
Pelajaran dengan
dengan metode ini mengutamakan siswa untuk berfikir, yaitu siswa diberi
beberapa masalah untuk diselesaikan atau dicari penyelesaiannya. Metode ini
mengutamakan siswa agar terwujud kemandirian dalam pemecahan masalah-masalah.
Dari keenam metode pembelajaran diatas
hanyalah sebagian kecil yang diambil dari berbagai macam metode pembelajaran.
Berdasarkan beberapa metode yang telah dipaparkan di atas mengesimpulkan metode
yang serasi dengan pembelajaran berbasis kompetensi dalam pengembangan bahasa
arab, yaitu: dengan menerapkan metode diskusi dengan bahasa pengantar bahasa
arab memungkinkan siswa untuk memaksa kemauan siswa berbicara bahasa arab yang
berujung pada kebiasaan. Sampai metode diskusi telah berjalan efektif. Guru
diharap mampu menerapkan metode deduktif dengan uraian bab-bab dalam gramatika
arab yang lalu diterapkan dalam berbicara yang benar menurut kaidah yang
berlaku.
E.
Pembelajaran
bahasa arab berbasis kompetensi
Metode langsung (al Thariiqatu al Mubaasyarah) yang
mana Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus
antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun
menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun
menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan sebuah media). Perlu menjadi bahan revisi
disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar
dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al – Nutqu
al – Shahiih), oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini memerlukan hal-hal
berikut;
1. Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral
(syafawiyah)
2. Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata
sederhana, baik kata benda ( isim) atau kata kerja ( fi’il) yang sering
didengar oleh peserta didik.
3. Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana
dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari.
4. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara
Tanya jawab dengan guru/sesamanya.
5. Materi Qiro’ah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik
dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan
setiap kata dalam kalimat.
6. Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran,namun tidak
secara mendetail.
7. Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat
sederhana yang telah dikenal/diajarkan pada peserta didik.
8. Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat
peraga/media yang memadai. Penutup Sebagai penutup, bahwa alur makalah ini
lebih menekankan tentang pentingnya: Seorang guru (pendidik) sebaiknya memahami
prinsip – prinsip dasar pengajaran bahasa Arab diatas sebagai bahasa asing
dengan menggunakan metode yang memudahkan peserta didik dan tidak banyak
memaksakan peserta didik ke arah kemandegan berbahasa. Adapun bagi seorang
siswa, bahwasanya belajar bahasa apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak
latihan dan banyak mencoba.
Adapun kegitan Belajar mengajar Bahasa Arab Berbasis
kompetensi di fakultas Tarbiyah, dalam proses belajar-mengajar dosen ataupun
guru sebagai tenaga professional dibidang pendidikan. Disamping itu, mereka
harus memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual dan harus
mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis, yaitu mengelola dan
melaksanakan interaksi belajar mengajar serta mengkomunikasikan program itu
kepada anak didik. Disamping itu, mahasiswa juga berperan aktif dalam proses
belajar mengajar yang berbasis kompetensi. Bagaimana proses belajar mengajar
yang berbasis kompetensi?. Dalam proses ini mahasiswalah yang aktif dalam
mengembangkan pola fikirnya. Dosen ataupun guru hanya memberikan pengarahan
serta memberikan sarana untuk memancing kemampuan seorang siswa. Mahasiswa juga
dituntut aktif diluar kelas, dalam artian siswa mampu mendapat kemampuan serta
pengetahuan selain yang diberikan guru atau dosen.
Suatu
proses belajar-mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Masalah yang menetukan bukanlah
metode atau prosedurnya, bukan kolot atau modernnya pengajaran. Namun, ukuran
suksesnya belajar-mengajar adalah hasilnya. [11]
Dalam proses belajar-mengajar bahasa arab yang
efektif pada fakultas tarbiyah dalam
metode ini adalah mahasiswa mampu dan aktif dalam mendengar, membaca, menulis
serta berbicara bahasa arab. Selain itu mahasiswa juga aktif dalam mengadakan
kajian-kajian kebahasa arab. Sebagai mahasiswa, kita juga harus mempunyai saran
dan prasarana untuk menunjang proses belajar mengajar seperti halnya kamus,
serta buku-buku pegangan untuk dijadikan pedoman dalam belajar.
Dalam ilmu kebahasa araban terdapat banyak ilmu
untuk mempelajarinya, dengan harapan mahasiswa dapat mengerti secara rinci dan
mendalam tentang bahasa arab yang sesungguhnya. Diantara ilmu-ilmu itu adalah
sebagai berikut:
1.
Linguistik
teoritis (linguistic murni), yaitu ilmu yang membahas tentang
ilmu bunyi (fonetic), ilmu shorof (morfologi), ilmu nahwu (sintaks), dan ilmu
makna (semantic).
2.
Linguistic
praktis (terapan), yaitu ilmu lanjutan yng membahas hasil;hasil kajian dari linguistic murni. Di sini
teori-teori yang ada linguistic murni berusaha dibahas dengan cara
menyandingkan linguistic murni dengan \bidang studi lain. Misalnya, Komparasi
ilmu social dan ilmu bahasa melahirkan sosio linguistic.
3.
Ilmu
Fonetik adalah ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa
dengan tidak mempertimbangkan makna yang terkandung oleh bunyi. Bunyi
dipelajari sebagai suatu gejala alami, bukan sebagai alat komunikasi.
4.
Fonetik
Artikulasi adalah ilmu bunyi yang secara spesifik
membahas proses pengucapan atau pengeluaran bunyi, output suara (Makhroj),
sifat suara dan tingkatannya.
5.
Fonetik
Akustik adalah ilmu bunyi yang membahas perpindahan suara di
udara yang keluar dari mulut pembicara ke telinga pendengar.
6.
Fonetik
Auditori adalah ilmu bunyi yang secara khusus membahas
hal-hal yang terkait dengan telinga pendengar sejak proses penerimaan suara
dari gelombang udara, proses masuknya suara kedalam telinga hingga kondisi
pendengar merespon pesan yang diterimanya.
7.
Fonologi
adalah
ilmu bunyi yang membahas tentang bunyi bahasa tertentu dengan mempertimbangkan
fungsi dan maknanya. Misalnya, idghom, tekanan, intonasi, panjang pendek, waqof
dan semua ini menjadi materi utama dalam fonologi.
8.
Morfologi
adalah
ilmu shorof yang membahas klasifikasi morfem, macam-macamnya, makna dan
fungsinya.
9.
Sintaks
atau
Ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas
seputar hukum dan kedudukan kata yang terdapat didalam kalimat atau teks,
pembagian kalimat dan sebagainya.
10. Semantik adalah
ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dari symbol bahasa dan mengkaji makna
yang ada pada symbol tersebut dari aspek relasi makna dengan struktur bahasa,
perkembangan makna, macam-macam makna dan sebagainya.
11. Vocabulary adalah
ilmu yang membahas dinamika kata dilihat dari aspek perkembangan dan perubahan makna
kata, jumlah kata, kata yang terpakai dan kata yang diabaikan, rumpun bahas
atertentu dan sebagainya.
12. Leksikologi adalah
ilmu yang membahas makna-makna leksikal yang terdapat dalam sebuah kamus,
perkembangan kata, perubahan makna kata, dan sebagainya.
13. Linguistik
Historis adalah ilmu yang memabahas kronologi/peristiwa
perkembangan kata dan maknanya.
14. Dialektologi adalah
ilmu yang membahas ragam dialak yang digunakan para penutur sebuah bahasa.
15. Linguistic
Matematis adalah ilmu yang berfungsi menganalisis materi
bahasa dengan menggunakan teori-teori ilmu matematika dan statistic.
16. Linguistic
Komparatif adalah ilmu yang mempelajari fenomena
unsure bahasa yang utama (fonem, morfem,sintaks dan semantik) dengan cara
membandingkan keempat aspek tersebut.
17. Geolinguistik adalah
ilmu yang mempelajari beberapa bahasa dan dialeknya,lalu mengklasifikasikannya
berdasarkan letak bahasa secara geografis.
18. Sosiolinguistik adalah
ilmu yang mempelajari tentang dialek-dialek sosial atau strata bahasa yang
disesuaikan dengan tingkat sosial yang ada dalam masyarakat bahasa.[12]
Ø Visualisasi
proses belajar-mengajar yang efektif yaitu sebagai berikut:
Instrumental
input/ masukan alat
|
Proses
pengajaran
|
Hasil
akhir
|
Hasil
langsung
|
Raw
input/ masukan mentah
|
Lingkungan
|
Keterangan:
1.
Masukan mentah:
siswa/ subjek belajar
2.
Masukan alat /
instrumental input terdiri: tenaga, fasilitas, kurikulum, system administrasi,
dan lain-lain
3.
Lingkungan,
termasuk keluarga, masyarakat, sekolah
4.
Proses
mengajaran, merupakan proses interaksi antara unsure raw input, instrumental
input dan juga pengaruh lingkungan.
5.
Hasil langsung:
merupakan tingkah laku siswa setelah belajar melalui proses belajar-mengajar,
sesuai dengan materi yang di peklajarinya.
6.
Hasil akhir:
merupakah sikap dan tingkah laku siswa setelah ada di dalam masyarakat.[13]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
kompetensi
adalah kemampuan dasar yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai
landasan melakuakan proses pembelajaran dan penialain terhadap peserta didik.
2. Kurikulum
berbasi kompetensi merupakan kerangka tentang mata pelajaran yang hatus
diketahui, dilakuakan,
dimahirkan oleh setiap peserta didik pada setiap tingkatan. Dan kerangka ini
disediakan dalam komponen utama yaitu:
Kompetensi dasar, Materi pokok dan Indicator.
3.
Di fakultas tarbiyah institut agama islam negeri sunan
ampel Surabaya bahasa arab menjadi lebih ditekankan terlebih setelah
terbentuknya sebuah jurusan yang memperdalam akan bahasa arab itu sendiri.
4.
Metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran, diantaranya
yaitu: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode terperogram,
metode deduktif dan induktif.
5.
Metode langsung (al Thariiqatu al Mubaasyarah) yang mana
Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru
dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan
bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah, (dalam
hal ini dibutuhkan sebuah media).
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman, A.M. 1986. Interaksi
dan Motifasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Yamin, Martinis. 2005. Strategi
Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Cipayung: Gaung Persada Prees
Suryosubroto. 1997. Proses
Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Pasty M. Lingbown and Nina Spada. 2006. How
Language are Learned. China: Oxford University Press
Wawancara
Pribadi dengan Ali Hasan, pada tanggal 4 Desember 2011
جَيِّد جِدًّا
BalasHapusi like this.....
BalasHapussip
BalasHapusmb template.ny bagus.. downlodnya dimana?
BalasHapusizin copy neng..
BalasHapusambil ya buat referensi mengajar
BalasHapus