BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teknik
Pengolahan Nilai
Dari pelaksanaan penilaian (melalui pengukuran atau tidak)
dapat dikumpulkan sejumlah data atau informasi yang dibutuhkan dalam evaluasi
hasil belajar. Data yang terkumpul dari penilaian dengan teknik tes akan berupa
data kuantitatif, sedangkan teknik non tes akan menjaring data kualitatif
maupun kuantitatif sekaligus. Data yang terkumpul baik melalui teknik tes
maupun teknik non tes merupakan data mentah yang memerlukan pengolahan lebih
lanjut. Kegiatan mengolah data yang berhasil dikumpulkan melalui kegiatan
penilaian inilah yang disebut kegiatan pengolahan hasil penilaian.
Prosedur pelaksanaan pengolahan hasil penilaian adalah sebagai
berikut :
1.
Menskor, yakni memberikan skor pada hasil penilaian yang dapat dicapai oleh
responden (peserta didik). Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan 3
(tiga) macam alat bantu, yakni kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman
pengangkaan. Tiga macam alat bantu penskoran atau pengangkaan berbeda-beda cara
penggunaannya untuk setiap butir soal yang ada dalam alat penilai.
2.
Mengubah
skor mentah menjadi skor standar, yakni kegiatan
evaluator menghitung untuk mengubah skor yang diperoleh peserta didik yang
mengerjakan alat penilaian disesuaikan dengan norma yang dipakai.
3.
Mengkonversikan
skor standar ke dalam nilai, yakni kegiatan akhir dari
pengolahan hasil penilaian yang berupa pengubah skor ke nilai, baik berupa
huruf atau angka. Hasil pengolahan hasil penilaian ini akan digunakan dalam
kegiatan penafsiran hasil penilaian. Untuk memudahkan penafsiran hasil
penilaian, maka hasil akhir pengolahan hasil penilaian dapat diadministrasikan
dengan baik.[1] Dalam
bukunya Zainal Arifin ditambah satu prosedur lagi yaitu melakukan analisis soal
(jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reabilitas soal,
tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya pembeda.
Jika data sudah diolah dengan aturan-aturan tertentu,
langkah selanjutnya adalah menafsirkan data sehingga dapat memberikan makna.
Langkah penafsiran data sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari pengolahan data
itu sendiri, karena setelah mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan
hasil pengolahan itu. Interpretasi terhadap suatu hasil evaluasi didasarkan
atas kriteria tertentu yang disebut norma. Norma bisa ditetapkan terlebih
dahulu secara rasional dan sistematis sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan,
tetapi dapat pula dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam
melaksanakan evaluasi. Sebaliknya, jika penafsiran data itu tidak berdasarkan
kriteria atau norma tertentu, maka itu termasuk kesalahan besar. Dalam kegiatan
penilaian hasil belajar, guru dapat menggunakan kriteria yang bersumber pada
tujuan setiap mata pelajaran (standar kompetensi, kompetensi dasar). Kompetensi
itu tentu masih bersifat umum, karena itu harus dijabarkan menjadi indikator
yang dapat diukur dan diamati.[2]
Untuk menafsirkan data, dapat digunakan dua jenis
penafsiran data, yaitu penafsiran kelompok dan penafsiran individual.
Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, seperti prestasi
kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi pelajaran
yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan utamanya adalah sebagai
persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat
tertentu pada suatu kelompok, dan untuk mengadakan perbandingan antar kelompok.
Penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya tertuju pada individu saja.
Misalnya, dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau dalam situasi klinis
lainnya. Tujuan utamnya adalah untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik (readiness),
pertumbuhan fisik, kemajuan belajar, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.[3]
Sebelum melakukan tes, guru harus menyusun pedoman
pemberian skor, bahkan sebaiknya guru sudah berpikir tentang strategi
pemeberian skor sejak merumuskan kalimat pada setiap butir soal. Pedoman
penskoran sangat penting disiapkan terutama bentuk soal esai. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisai subjektivitas penilai. Begitu juga ketika
melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta didik, karena harus
ditentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Rumus penskoran yang digunakan
bergantung pada bentuk soalnya, sedangkan bobot (weight) bergantung pada
tingkat kesukaran soal (difficulty index), misalnya sukar, sedang, dan
mudah.[4]
B.
Teknik
Pengolahan Skor
1.
Mengolah
skor mentah menjadi nilai huruf
Disamping penilaian yang
dinyatakan dengan angka kita mengenal pula penilaian dengan huruf. Seperti
penilaian yang dilakukan oleh guru taman kanak-kanak. Pengolahan skor mentah
menjadi huruf menggunakan sifat-sifat yang terdeapat pada kurva normal atau
distribusi normal sebagai dasar perhitungan.
Adapun
cirri-ciri distribusi normal antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Memiliki
jumlah atau kepadatan frekuensi yang tetap pada jarak deviasi-deviasi tertentu.
2.
Pada
distribusi normal, mean, median, dan mode berimpit (sama besar),terletak tepat
ditengah kurva dan membagi dua sama besar jarak deviasi.
Berdasarkan sifat-sifat distribusi
normal itulah maka untuk penjabaran skor mentah enjadi nilai huruf dipergunakan
mean dan DS.[5]
1.
Mengolah
skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean (M) dan Deviasi Standar
(DS).
Mencari mean (M) dan Deviasi
Standar dalam rangka mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu jika banyaknya skor yang diolah kurang dari 30,
digunakan tabel distribusi frekuensi tunggal; dan jika banyaknya skor yang
diolah lebih dari 30, misalnya sampai 40
atau 50 skor atau lebih, sebaiknya digunakan tabel distribusi frekuensi
bergolong. Berikut ini sebuah contoh yang menggunakan tabel distribusi tunggal.
Misalkan seorang guru PBA
memperoleh skor mentah dari hasil test yang telah diberikan kepada 20 orang
peserta didik sebagai berikut:
73,
70, 68, 68, 67, 67, 65, 65, 63, 62,
60,
59, 59, 58, 58, 56, 52, 50, 41, 40.
Skor mentah itu akan diolah
menjadi huruf A, B, C, D, TL dengan menggunakan M dan DS. Untuk itu membuat
tabel sebagai berikut[6]:
Langkah-langkah
menysun tabel:
a.
Masukan
nama siswa (kedalam kollom satu) dan skor masing-masing siswa (kedalam kolom
2), kemudian jumlahkan. kita akan memperoleh .
b.
Menghitung
mean dengan membagi jumlah skor itu dengan N (banyaknya peserta didik yang dites).
Jadi, rumus untuk mencari M adalah
M = .
c.
Mengisi
kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean (X-M).
d.
Mengisi
kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3. Kemudian jumlahkan
sehngga memperoleh ∑ (X-M)2.
e.
Langkah
terakhir adalah iialah menghitung mean dan DS dengan rmus-rumus sebagai
berikut:
M = DS =
TABEL
UNTUK MENGHITUNG MEAN DAN DS
Nama
Siswa
|
Skor
mentah (X)
|
(X-M)
atau (d)
|
(X-M)2
atau (d)2
|
Amrin
|
73
|
13
|
169
|
Budi
|
70
|
10
|
100
|
Fiki
|
68
|
8
|
64
|
Mardi
|
68
|
8
|
64
|
Popon
|
67
|
7
|
49
|
Sarman
|
67
|
7
|
49
|
Jufri
|
65
|
5
|
25
|
Pairah
|
65
|
5
|
25
|
Nana
|
63
|
3
|
9
|
Rini
|
62
|
2
|
4
|
Suci
|
60
|
0
|
0
|
Nandar
|
59
|
-1
|
1
|
Jamhari
|
59
|
-1
|
1
|
Jibok
|
58
|
-2
|
4
|
Kusnan
|
58
|
-2
|
4
|
Ida
|
56
|
-4
|
16
|
Tutik
|
52
|
-8
|
64
|
Paimo
|
50
|
-10
|
100
|
Waluyo
|
41
|
-19
|
361
|
Paiman
|
40
|
-20
|
400
|
Jumlah
|
1201
|
-
|
1509
|
Dari tabel ini
kemudian dicari mean dan DS dengan rumus sebagai berikut:
M = = = 60,05 dibulatkan = 60
DS = = ==
8,69
Penjabaran menjadi nilai huruf.
Dari perhitungan diatas maka kita
telah memperoleh mean=60 dan DS= 8,69. Selanjutnya kita dapat menjabarkan
skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai huruf melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Pertama
kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya dalam
penjabaran ini kita menggunakan seluruh
jarak range dari kurva normal, yaitu diantara -3DS s.d. +3DS = 6DS. Karena
nilai huruf yang akan digunakan adalah A-B-C-D-TL yang berarti 4 unit, dalam
hal ini tentukan besarnyaSUD = 6DS:4 = 1,5DS. Jadi, SUD = 1,5×8,69 = 13,035,
dibulatkan =13.
b.
Titik
tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai tengah pada
skala penilaian A-B-C-D-TL. Jadi kita
telah mendapatkan SUD= 13 dan titik tengah C = M = 60.
c.
Langkah
selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batasatas dari masing-masing nilai
huruf. Karena titik tengah 60 maka.
1)
Batas
bawah C = M – 0,5 SUD
= 60 – 0,5 × 13 = 53,5
2)
Batas
atas C = M + 0,5 SUD
= M + 0,5 × 13 = 66,5
3)
Batas
bawah D = M - 1,5 SUD
= M -
1,5 × 13 = 34
4)
Skor
dibawah 34 = TL
Batas bawah B =
M + 1,5 SUD
= M + 1,5 × 13 = 79,5
5)
Skor
diatas 79,5 = A
d.
Berdasarkan
hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor mentah dari 20
orang peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:
1)
Skor
80 keatas = A = tidak ada
2)
Skor
67 - 79,5 = B = 6 orang
3)
Skor
54 – 66,5 = C = 10 orang
4)
Skor
34 – 53,5 = D = 4 orang
5)
Skor
dibawah 34 = TL = tidak ada
2.
Mengolah
skor mentah menjadi nilai huruf dengan batas lulus = mean.
Cara lain mengolah skor mentah menjadi nilai huruf ialah
dengan menggunakan mean dan DS yang diperoleh dengan membuat tabel frekuensi.
Untuk jelasnya, berikut ini kami kemukakan sebuah contoh. [7]
Misalkan seorang guru PBA memperoleh skor dari hasil ujian
semester dari 50 orang peserta didik sebagai berikut:
97,
93, 92, 90, 87, 86, 86, 83, 81, 80
80, 78, 76, 76,
75, 74, 73, 72, 72, 71
69, 67, 67, 67,
64, 63 63, 62, 62, 60
58, 57, 57, 56,
56, 54, 52, 50, 47, 45
43, 39, 36, 36,
32, 29, 27, 26, 20, 16
Skor mentah ini akan kita olah menjadi nilai huruf A, B, C,
D, TL. Untuk mencari mean dan DS kita susun skor mentah tersebut kedalam tabel
frekuensi. (lihat kembali cara menyusun tabel seperti yang telah diuraikan).
Kita cari range untuk menentukan besarnya interval dan kelas interval.
R= 97-16= 81
Kelas interval
= + 1 = +1 =9
Jadi dengan menentukan besar intervalnya 10 maka kita
peroleh kelas interval = 9.
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas
|
Interval
|
f
|
D
|
Fd
|
Fd
× d
|
1
|
96 – 105
|
1
|
4
|
4
|
16
|
2
|
86 – 95
|
6
|
3
|
18
|
54
|
3
|
76 – 85
|
7
|
2
|
14
|
28
|
4
|
66 – 75
|
10
|
1
|
10
|
10
|
5
|
56 – 65
|
11
|
0
|
0
|
0
|
6
|
46 – 55
|
4
|
-1
|
-4
|
4
|
7
|
36 – 45
|
5
|
-2
|
-10
|
20
|
8
|
26 – 35
|
3
|
-3
|
-9
|
27
|
9
|
16 – 25
|
3
|
-4
|
-12
|
48
|
|
|
50
|
|
11
|
207
|
Dari
tabel ini kita mencari mean dengan rumus:
+
i
Keterangan:
M=
mean sebenarnya yang akan dicari
M’
= mean dugaaan dalam tabel ini
= = = 60,5
I
= interval = 10
∑fd
= 11
Dengan
rumus diatas maka:
M=
60,5 +10 = 60,5 + = 60, 5 + 2,2 = 62,7= 63
Cara
mencari deviasi standard adalah dengan rumus:
DS=
Dari
tabel diatas kita dapat menghitung DS sebagai berikut:
DS
= 10
= 10 = 10
= 10×1,9 = 19
Selanjutnya
jika kita akan mengubah skor mentah yang diperoleh menjadi nilai huruf dengan
batas lulus = mean caranya adalah sebagai berikut:
Telah
ditentukan bahwa batas lulus = mean = 63. Jadi,skor mentah dari 63 keatas kita
bagi menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan skor dibawah 63 dinyatakan TL. Dengan
demikian untuk selanjutnya kita dapat menghitung dengan mudah batas atas dan
batas bawah dari masing-masing nilai huruf itu sebagai berikut:
a.
Batas
bawah D atau batas lulus = mean = 63
b.
Skor
dibawah 63 = TL
c.
Batas
atas D = M + 1 SUD = M + 0,75 DS =
= 63 14,25 = 77 (dibulatkan)
d.
Batas
atas C =M + 2 SUD = M + 1,5 DS=
= 63 + 28,5 = 92 (dibulatkan)
e.
Batas
atas B =M + 3 SUD = M + 2,25 DS=
= 63 + 42,75 = 106 (dibulatkan)
f.
Skor
di atas 106 = A
Dengan perhitungan diatas maka
hasil kelulusan dari 50 peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Yang
tidak lulus (TL), skor dibawah 63 = 23 orang
b.
Yang
mendapat nilai D, skor 63-77 = 15 orang
c.
Yang
mendapat nilai C, skor 78-92 = 10 orang
d.
Yang
mendapat nilai B, skor 93-106 = 2 orang
e.
Yang
mendapat nilai A, skor diatas 106 = tidak ada
f.
C.
Konversi
Skor
Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang
dicapai peserta didik ke dalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan
nilai hasil belajar yang diperoleh. Secara tradisional, dalam menentukan nilai
peserta didik pada setiap mata pelajaran, guru menggunakan rumus sebagai
berikut[8]
:
Nilai
= 10 (skala 0-100)
Keterangan
: ƩX = jumlah skor mentah
ƩS = jumlah
soal
Telah dijelaskan dimuka bahwa standar yang sering digunakan dalam
menilai hasil belajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, yakni :
1.
Standar
seratus (0-100),
2.
Standar
sepuluh (0-10), dan
3.
Standar empat
(1-4), atau dengan huruf (A-B-C-D)
Sedangkan skor baku baik skor z maupun skor T, jarang digunakan.
Standar-standar tersebut (z dan T) hanya digunakan untuk keperluan khusus,
misalnya untuk menganalisis kecakapan seseorang dibandingkan dengan orang lain
dan membandingkan dua skor yang berbeda standarnya.
Konversi nilai bisa dilakukan dari standar seratus ke standar sepuluh
dan ke standar empat, atau bisa juga dari standar sepuluh ke standar seratus
atau ke standar empat. Dalam konversi nilai digunakan dua cara, yakni cara yang
menggunakan rata-rata dan simpangan baku dan cara tanpa menggunakan rata-rata
dan simpangan baku :
a. Konversi tanpa menggunakan nilai rata-rata dan
simpangan
Cara ini sangat sederhana, yakni dengan menentukan kriteria sebagai
dasar untuk menentukan konversi nilai. Misalnya demgam ,menggunakan kriteria
dalam bentuk presentase.
Presentase jawaban (%)
|
Nilai
konversi
|
||
Huruf
|
Standar 10
|
Standar
4
|
|
(90-99)
|
A
|
9
|
4
|
(80-89)
|
B
|
8
|
3
|
(70-79)
|
C
|
7
|
2
|
(60-69)
|
D
|
6
|
1
|
Kurang
dari 60
|
Gagal
|
Gagal
|
Gagal
|
|
|
Nilai
10 bila mencapai 100%
|
Contoh
penggunaannya:
Misalkan kepada peserta didik diberikan tes Fiqih dalam bentuk tes
objektif pilihan berganda sebanyak 60 soal. Jawaban yang benar dibenar diberi
skorsatu sehingga skor maksimal yang dicapai peserta didik adalah 60.
Berdasarkan kriteria di atas, konversi nilai dalam standar huruf, standar
sepuluh, dan standar empat adalah sebagai berikut[9]
:
Skor mentah
|
Nilai
Konversi
|
||
Standar huruf
|
Standar 10
|
Standar
4
|
|
54-59/60
|
A
|
9/10
|
4
|
48-53
|
B
|
8
|
3
|
42-47
|
C
|
7
|
2
|
36-41
|
D
|
6
|
1
|
Kurang
dari 36
|
G (gagal)
|
Gagal
|
Gagal
|
|
|
Nilai
10 bila mencapai 60
|
b.
Konversi
nilai dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku
Mencari nilai rata-rata atau mean
(M) dan Deviasi Standar dalam rangka mengolah skor mentah menjadi nilai huruf
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu jika banyaknya skor yang diolah kurang
dari 30, digunakan tabel distribusi frekuensi tunggal; dan jika banyaknya skor
yang diolah lebih dari 30, misalnya
sampai 40 atau 50 skor atau lebih, sebaiknya digunakan tabel distribusi
frekuensi bergolong. Berikut ini sebuah contoh yang menggunakan tabel
distribusi tunggal.
Misalkan seorang guru PBA
memperoleh skor mentah dari hasil test yang telah diberikan kepada 20 orang peserta
didik sebagai berikut:
73,
70, 68, 68, 67, 67, 65, 65, 63, 62,
60,
59, 59, 58, 58, 56, 52, 50, 41, 40.
Skor mentah itu akan diolah
menjadi huruf A, B, C, D, TL dengan menggunakan M dan DS. Untuk itu membuat
tabel sebagai berikut:
Langkah-langkah
menyusun tabel:
1.
Masukan
nama siswa (kedalam kolom satu) dan skor masing masing siswa (kedalam kolom 2),
kemudian jumlahkan.kita akan memperoleh .
2.
Menghitung
mean dengan membagi jumlah skor itu dengan N (banyaknya peserta didik yang dites).
Jadi, rumus untuk mencari M adalah
M
= .
3.
Mengisi
kolom tiga dengan selisih (deviasi) tiap-tiap skor dari mean (X-M).
4.
Mengisi
kolom 4 dengan menguadratkan angka-angka dari kolom 3. Kemudian jumlahkan
sehngga memperoleh ∑ (X-M)2.
5.
Langkah
terakhir adalah iialah menghitung mean dan DS dengan rmus-rumus sebagai
berikut:
M
= DS =
TABEL
UNTUK MENGHITUNG MEAN DAN DS
Nama Siswa
|
Skor mentah (X)
|
(X-M) atau (d)
|
(X-M)2
atau (d)2
|
Amrin
|
73
|
13
|
169
|
Budi
|
70
|
10
|
100
|
Fiki
|
68
|
8
|
64
|
Mardi
|
68
|
8
|
64
|
Popon
|
67
|
7
|
49
|
Sarman
|
67
|
7
|
49
|
Jufri
|
65
|
5
|
25
|
Pairah
|
65
|
5
|
25
|
Nana
|
63
|
3
|
9
|
Rini
|
62
|
2
|
4
|
Suci
|
60
|
0
|
0
|
Nandar
|
59
|
-1
|
1
|
Jamhari
|
59
|
-1
|
1
|
Jibok
|
58
|
-2
|
4
|
Kusnan
|
58
|
-2
|
4
|
Ida
|
56
|
-4
|
16
|
Tutik
|
52
|
-8
|
64
|
Paimo
|
50
|
-10
|
100
|
Waluyo
|
41
|
-19
|
361
|
Paiman
|
40
|
-20
|
400
|
Jumlah
|
1201
|
-
|
1509
|
Dari tabel ini
kemudian dicari mean dan DS dengan rumus sebagai berikut:
M = = = 60,05 dibulatkan = 60
DS = = ==
8,69
Penjabaran menjadi nilai huruf
Dari perhitungan diatas maka kita
telah memperoleh mean=60 dan DS= 8,69. Selanjutnya kita dapat menjabarkan
skor-skor mentah yang kita peroleh kedalam nilai huruf melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Pertama
kita menentukan besarnya skala unit deviasi (SUD). Misalnya dalam
penjabaran ini kita menggunakan seluruh
jarak range dari kurva normal, yaitu diantara -3DS s.d. +3DS = 6DS. Karena
nilai huruf yang akan digunakan adalah A-B-C-D-TL yang berarti 4 unit, dalam
hal ini tentukan besarnya SUD = 6 DS:4 = 1,5 DS. Jadi, SUD = 1,5×8,69 = 13,035,
dibulatkan =13.
b.
Titik
tengah nilai C terletak pada mean = 60 karena C merupakan nilai tengah pada
skala penilaian A-B-C-D-TL. Jadi kita
telah mendapatkan SUD= 13 dan titik tengah C = M = 60.
c.
Langkah
selanjutnya kita menentukan batas bawah dan batasatas dari masing-masing nilai
huruf. Karena titik tengah 60 maka.
1.
Batas
bawah C = M – 0,5 SUD
= 60 – 0,5 × 13 = 53,5
2.
Batas
atas C = M + 0,5 SUD
= M + 0,5
× 13 = 66,5
3.
Batas
bawah D = M - 1,5 SUD
=
M - 1,5 × 13 = 34
4.
Skor
dibawah 34 = TL
5.
Batas
bawah B = M + 1,5 SUD
= M + 1,5 × 13 = 79,5
6.
Skor
diatas 79,5 = A
7.
Berdasarkan
hasil perhitungan pada langkah c diatas, kita mentransfer skor mentah dari 20
orang peserta didik kedalam nilai huruf sebagai berikut:
a.
Skor
80 keatas = A = tidak ada
b.
Skor
67 - 79,5 = B = 6 orang
c.
Skor
54 – 66,5 = C = 10 orang
d.
Skor
34 – 53,5 = D = 4 orang
e.
Skor
dibawah 34 = TL = tidak ada
Mengolah skor mentah menjadi nilai huruf dengan batas lulus
= mean.
Cara lain mengolah skor mentah
menjadi nilai huruf ialah dengan menggunakan mean dan DS yang diperoleh dengan
membuat tabel frekuensi. Untuk jelasnya, berikut ini kami kemukakan sebuah
contoh :
Misalkan seorang guru PBA
memperoleh skor dari hasil ujian semester dari 50 orang peserta didik sebagai
berikut:
97,
93, 92, 90, 87, 86, 86, 83, 81, 80
80,
78, 76, 76, 75, 74, 73, 72, 72, 71
69,
67, 67, 67, 64, 63 63, 62, 62, 60
58,
57, 57, 56, 56, 54, 52, 50, 47, 45
43,
39, 36, 36, 32, 29, 27, 26, 20, 16
Skor mentah ini akan kita olah
menjadi nilai huruf A, B, C, D, TL. Untuk mencari mean dan DS kita susun skor
mentah tersebut kedalam tabel frekuensi. (lihat kembali cara menyusun tabel
seperti yang telah diuraikan). Kita cari range untuk menentukan besarnya
interval dan kelas interval.
R=
97-16= 81
Kelas
interval = + 1 = +1 =9
Jadi dengan menentukan besar
intervalnya 10 maka kita peroleh kelas interval = 9.
TABEL DISTRIBUSI
FREKUENSI
Kelas
|
Interval
|
F
|
d
|
Fd
|
Fd
× d
|
1
|
96 – 105
|
1
|
4
|
4
|
16
|
2
|
86 – 95
|
6
|
3
|
18
|
54
|
3
|
76 – 85
|
7
|
2
|
14
|
28
|
4
|
66 – 75
|
10
|
1
|
10
|
10
|
5
|
56 – 65
|
11
|
0
|
0
|
0
|
6
|
46 – 55
|
4
|
-1
|
-4
|
4
|
7
|
36 – 45
|
5
|
-2
|
-10
|
20
|
8
|
26 – 35
|
3
|
-3
|
-9
|
27
|
9
|
16 – 25
|
3
|
-4
|
-12
|
48
|
|
|
50
|
|
11
|
207
|
Dari
tabel ini kita mencari mean dengan rumus:
+
i
Keterangan:
M=
mean sebenarnya yang akan dicari
M’
= mean dugaaan dalam tabel ini
= = = 60,5
I
= interval = 10
∑fd
= 11
Dengan
rumus diatas maka:
M=
60,5 +10 = 60,5 + = 60, 5 + 2,2 = 62,7= 63
Cara
mencari deviasi standard adalah dengan rumus:
DS=
Dari
tabel diatas kita dapat menghitung DS sebagai berikut:
DS
= 10
= 10 = 10
= 10×1,9 = 19
Selanjutnya
jika kita akan mengubah skor mentah yang diperoleh menjadi nilai huruf dengan
batas lulus = mean caranya adalah sebagai berikut:
Telah
ditentukan bahwa batas lulus = mean = 63. Jadi,skor mentah dari 63 keatas kita
bagi menjadi nilai huruf A, B, C, D, dan skor dibawah 63 dinyatakan TL. Dengan
demikian untuk selanjutnya kita dapat menghitung dengan mudah batas atas dan
batas bawah dari masing-masing nilai huruf itu sebagai berikut:
1.
Batas
bawah D atau batas lulus = mean = 63
2.
Skor
dibawah 63 = TL
3.
Batas
atas D = M + 1 SUD = M + 0,75 DS =
= 63 14,25 = 77 (dibulatkan)
4.
Batas
atas C =M + 2 SUD = M + 1,5 DS=
= 63 + 28,5 = 92 (dibulatkan)
5.
Batas
atas B =M + 3 SUD = M + 2,25 DS=
= 63 + 42,75 = 106 (dibulatkan)
6.
Skor
di atas 106 = A
Dengan perhitungan diatas maka
hasil kelulusan dari 50 peserta didik tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Yang
tidak lulus (TL), skor dibawah 63 = 23 orang
2.
Yang
mendapat nilai D, skor 63-77 = 15 orang
3.
Yang
mendapat nilai C, skor 78-92 = 10 orang
4.
Yang
mendapat nilai B, skor 93-106 = 2 orang
5.
Yang
mendapat nilai A, skor diatas 106 = tidak ada
A.
Mengolah
skor mentah menjadi nilai 1 – 10.
Seorang
guru PBA memperoleh skor mentah dari hasil ujian dengan peserta didik yang
berjumlah 50, adapun hasil dari ulangan tersebut adalah sebagai berikut:
16
64 87 36 65 42 43 54 47 51
77
55 68 42 40 47 42 46 45 50
20
57 28 7 44 51 40 39 39 57
28
39 21 48 46 37 41 43 49 71
29
44 34 50 45 35 44 52 56 45
Untuk
mengolah skor mentah diatas menjadi nilai 1-10 maka kita harus mencari mean dan
DS. Untuk itu skor mentah tersebut kita susun dalam tabel distribusi frekuensi.
Langkah-langkah menyusun tabel frekuensi adalah sebagai berikut:
1.
Kita
tentukan banyaknya kelas interval dengan jalan:
a.
Mencari
range dengan rumus R=H-L
b.
Bagilah
range kedalam interval-interval yang sama sedemikian rupa sehingga jumlah kelas
interval antara 6-15atau 11-19. Adapun rumus untuk mencari kelas interval
adalah + 1
2.
Mengisi
kolom 2 (kolom interval) didalam tabel yang telah tersedia.
3.
Menghitung
jumlah frekuensi tiap interval.
4.
Menentukan
deviasi pada lajur d dengan menetapkanmean dugaan (M') dengan angka nol. Untuk
menduga letak nol dapat kita pilih pada kelas yang mengandung frekuensi terbanyak.
5.
Mengisi
lajur fd.
6.
Mengisi
lajur fd × d.
Dari skor ujian ini
kita dapat menyusun tabel distribusi frekuensi seperti berikut:
H = 87
L = 7
R = 87 – 7 = 80
Banyaknya
kelas interval : + 1 = + 1 = 11
TABEL
DISTRIBUSI FREKUENSI
Kelas
|
Interval
|
F
|
D
|
Fd
|
Fd × d
|
1
|
87 – 94
|
1
|
6
|
6
|
36
|
2
|
79 – 86
|
0
|
5
|
0
|
0
|
3
|
71 – 78
|
2
|
4
|
8
|
32
|
4
|
63 – 70
|
3
|
3
|
9
|
27
|
5
|
55 – 62
|
4
|
2
|
8
|
16
|
6
|
47 – 54
|
11
|
1
|
11
|
11
|
7
|
39 – 46
|
18
|
0
|
0
|
0
|
8
|
31 – 38
|
4
|
-1
|
-4
|
4
|
9
|
23 – 30
|
3
|
-2
|
-6
|
12
|
10
|
15 – 22
|
3
|
-3
|
-9
|
27
|
11
|
7 – 14
|
1
|
-4
|
-4
|
16
|
|
|
50
|
|
19
|
181
|
Sekarang
kita mencari angka rata-rata (mean) dari table di atas. Rumus mean adalah M = M' + i ()
Dengan melihat table distribusi frekuensi maka:
M = 42,5 + 8 = 42,5 +3,04 = 45,54
Dari table ini sekarang kita mencari DS rumusnya adalah DS =
i kdengan menggunakan rumus tersebut maka :
DS = 8
= 8
= 8
=8 × 1,89 = 15,12 (dibulatkan) = 15
Setelah
menemukan mean dan DS langkah selanjutnya adalah menjabarkan skor mentah yang
kita peroleh kedalam nilai 1 – 10 dengan menggunakan rumus penjabaran sebagai
berikut:
M + 2,25 DS = 10
M + 1,75 DS = 9
M + 1,25 DS = 8
M + 0,75 DS = 7
M + 0,25 DS = 6
M + 0,25 DS = 5
M + 0,75 DS = 4
M + 1,25 DS = 3
M + 1,75 DS = 2
M + 2,25 DS = 1
Hasil
perhitungan
|
Penjabaran
|
|
45,54 + (2,25
× 15) = 79 (dibulatkan)
|
Skor 79
keatas = 10
|
|
45,54 + (1,75
× 15) = 72 (dibulatkan)
|
72 – 78 = 9
|
|
45,54 + (1,25
× 15) = 64 (dibulatkan)
|
64 – 78 = 8
|
|
45,54 + (0,75
× 15) = 57 (dibulatkan)
|
57 – 71 = 7
|
|
45,54 + (0,25
× 15) = 49 (dibulatkan)
|
49 – 63 = 6
|
|
45,54 - (0,25
× 15) = 42 (dibulatkan)
|
42 – 56 = 5
|
|
45,54 - (0,75
× 15) = 34 (dibulatkan)
|
34 – 48 = 4
|
|
45,54 - (1,25
× 15) = 27 (dibulatkan)
|
27 – 41 = 3
|
|
45,54 - (1,75
× 15) = 19 (dibulatkan)
|
19 – 33 = 2
|
|
45,54 - (2,25
× 15) = 12 (dibulatkan)
|
12 – 18 = 1
|
|
|
11 kebawah =
0
|
Dengan
penjabaran diatas maka guru dapat langsung memasukkan atau mengubah nilai skor
mentah yang diperoleh setiap peserta didik kedalam nilai 1 – 10.
Dengan
penjabaran secara statistikdengan membuat tabel distribusi frekuensi dan
menggunakan mean dan DS maka dengan bagaimana punhasil tes yang kita peroleh akan
menghasilkan nilai diantara 1- 10. Sehingga akan terdapat anak yang memperoleh
nilai yang tinggi dan nilai yang terendah,karena penyusunan tabel yang menjadi
dasar perhitungan menggunakan skor maksimum dan skor minimum yang benar-benar
dicapai oleh kelompok peserta didik yang dites.
B. Mengolah skor
mentah menjadi skor standar Z
Yang dimaksud
dengan skor Z adalah skor yang penjabarannya didasarkan atas unit deviasi
standar dari mean. Dalam hal ini mean dinyatakan = 0 (nol). Oleh karena
itu, dengan penjabaran skor-skor tersebut dibandingkan dengan rata-rata skor
sekelompoknya; apakah ia terletak di atas rata-rata kelompok (mean) atau di
bawahnya.
Rumus Z score =
C.
Mengolah skor mentah menjadi skor standar T
Dengan
bersumber pada skor Z seperti telah dibicarakan di muka, banyak pula
dikembangkan skor-skor standar lainnya yang dikenal orang sebagai angka
skala.
Jenis skor
standar yang merupakan angka skala yang telah banyak dikenal orang antara lain
ialah skor T. yang dimaksud dengan skor T ialah angka skala yang
menggunakan dasar maen = 50 dan jarak tiap deviasi standar (DS) = 10. Di
dalam range -3 DS sampai dengan +3 DS, T tersebar dari 20 s.d 80, tanpa
bilangan-bilangan minus.
Rumus T score = 50
+ 10z
D. Teknik Analisis Hasil Penilaian
Model
yang banyak digunakan untuk mengolah data hasil evaluasi pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1.
Tendensi sentral
Salah satu tekhnik analisis data
yang banyak digunakan untuk mengolah data evaluasi adalah tendensi sentral atau ukuran kecenderungan memusat.
Ada tip teknik utama yang digunakan untuk mengukur tendensi sentral yaitu mean, median,dan mode.
2.
Variabelitas
Variabelitas
adalah keanekaragaman angka-angka dalam suatu distribusi skor. Variabelitas
merupakan variasi sebaran skor dari
mean. Semakin luas penyebaran
angka-angka, semakin besar pula variabelitas distribusinya. Hal itu
berarti skor yang ada cenderung heterogen. Sebaliknya, semakin kecil penyebaran
angka-angka berarti semakin kecil juga variabelitasnya. Hal itu berarti skor
yang ada cenderung homogen. Secara sederhana, ada tiga tekhnik untuk melihat
ukuran variabelitas, yaitu jarak sebaran atau range, deviasi rata-rata dan deviasi
standar atau simpangan buku. Range dicari dengan mengurangi angka tertinggi
dengan terendah.
Rumus Range = (R - Xtertinggi
- Xterendah).
Penyimpangan angka merupakan selisih antara angka tersebut
dengan mean. Rumus untuk mencari deviasi rata-rata adalah sebagai berikut ini:
Devisa
Rata-rata =
Keterangan:
X = Skor yang diperoleh
M
= Nilai rata-rata
N
= Jumlah peserta tes
Dibandingkan range dan deviasi rata-rata, simpangan baku
merupakan cara terbaik untuk pengukuran penyebaran. Simpangan baku adalah jarak
standar yang terletak diatas dan dibawah mean. Rumus untuk mencari simpangan
baku (dari populasi) adalah:
Keterangan:
SD
= Simpangan baku
X
= Skor uang diperoleh
M
= Nilai rata-ratas
3. Skor standar
Kadang kala untuk kebutuhan menentukan nilai secara cepat
tanpa melihat tabel konversi secara keseluruhan, maka dapat dihitung dengan
skor z. Banyak manfaat yang bisa diambil dengan menggunakan skor standar z.
Skor z merupakan salah satu tekhnik untuk mengetahui posisi testee dalam
kelompoknya. Dengan skor z, dapat membandingkan antara skor satu dengan yang
lainnya. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Z
=
Keterangan:
X
= Skor yang diperoleh
M
= rata-=rata (mean)
SD
= Simpangan baku.
4. Skor Komposit
Kadang
kala, nilai skor akhir siswa, tidak didasarkan pada hasil tes tunggal. Nilai
akhir pada bidang studi tertentu merupakan gabungan atau kombinasi dari
skor-skor yang diperoleh dari beberapa hasil pengukuran. Bila skor tersebut
didasarkan pada beberapa komponen, maka skor akhir dapat diperoleh dengan
melakukan penggabungan skor yang disebut dengan skor komposit. Salah satu rumus
komposit yang bisa digunakan adalah sebagai berikut.
Skor Komposit :
Keterangan:
b = Bobot komponen
z = Skor Z setiap komponen
5. Penentuan Nilai Akhir
Setelah
satu tekhnik analisis yang perlu dipahami adalah tekhnik menentukan nilai
akhir. Nilai akhir diperlukan untuk menentukan penguasaan siswa, kelulusan
siswa memberikan bimbingan, atau memberikan balikan proses pembelajaran. Untuk
menentukan nilai akhir, harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu faktor
pencapaian prestasi, faktor usaha, faktor kebiasaan kerja atau faktor pribadi
dan sosial.
Untuk
menentukan nilai akhir, ada beberapa rumus yang bisa digunakan. Hal ini
disesuaiakan dengan formula yang digunakan oleh lembaga. Berikut ini beberapa
formula, yang pernah digunakan disekolah/madrasah.
a.
Nilai akhir diperoleh dengan
memperhitungkan nilai tugas (T), ulangan harian (H), dan nilai ulangan umum
(U).
Keterangan:
N
= Nilai akhir
T
= Nilai tugas
H
= Nilai harian
U
= Nilai ulangan umum.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Mengolah
skor mentah menjadi nilai huruf dengan menggunakan mean (M) dan Deviasi Standar
(DS), sedangkan rumus mencari M adalah M = ,
dan rumus DS adalah DS = .
2.
Mengolah
skor mentah menjadi nilai huruf dengan batas lulus. Rumus mencari M adalah +
i dan cara mencari deviasi standard adalah
dengan rumus:
DS=
3.
Konversi skor
adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik ke dalam skor
terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh.
Secara tradisional, guru menggunakan rumus sebagai berikut: Nilai = 10 (skala 0-100). Skor mentah itu akan diolah menjadi huruf A, B, C, D, TL
dengan menggunakan M dan DS.
- Mengolah skor mentah menjadi skor standar Z
Rumus Z score =
- Mengolah skor mentah menjadi skor standar T
Rumus T score = 50 + 10z
6. Model yang banyak digunakan untuk
mengolah data hasil evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Ada tip teknik utama yang
digunakan untuk mengukur tendensi
sentral yaitu mean, median,dan mode.
b.
Variabelitas adalah
keanekaragaman angka-angka dalam suatu distribusi skor. Variabelitas
merupakan variasi sebaran skor dari
mean. Semakin luas penyebaran
angka-angka, semakin besar pula variabelitas distribusinya.
c.
Skor standar: Kadang kala untuk
kebutuhan menentukan nilai secara cepat tanpa melihat tabel konversi secara
keseluruhan, maka dapat dihitung dengan skor z.
d.
Skor komposit: Nilai akhir pada bidang studi
tertentu merupakan gabungan atau kombinasi dari skor-skor yang diperoleh dari
beberapa hasil pengukuran. Bila skor tersebut didasarkan pada beberapa
komponen, maka skor akhir dapat diperoleh dengan melakukan penggabungan skor
yang disebut dengan skor komposit.
Rumus :
b = Bobot komponen
z = Skor Z setiap komponen
e. Penentuan
Nilai Akhir
Setelah satu tekhnik analisis yang perlu dipahami adalah
tekhnik menentukan nilai akhir. Nilai akhir diperlukan untuk menentukan
penguasaan siswa, kelulusan siswa memberikan bimbingan, atau memberikan balikan
proses pembelajaran. Untuk menentukan nilai akhir, harus mempertimbangkan
beberapa faktor, yaitu faktor pencapaian prestasi, faktor usaha, faktor
kebiasaan kerja atau faktor pribadi dan sosial.
Rumus :
N = Nilai
akhir
T = Nilai Tugas
H = Nilai harian
U = Nilai ulangan umu
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Drs. Zainal Arifin, M. Pd, 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim purwanto, 2010. Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi
pengajaran Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana, 1995. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung
:PT Remaja Rosdakarya.
Kunandar, 2007. Guru Professional. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
[1] Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta:
PT Rineka Cipta,1999), hal. 218
[2] Drs. Zainal Arifin, M. Pd, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 221
[3] Ibid.,hal. 222
[4] Ibid.,hal.223
[5] Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran (Bandung.
PT Remaja Rosdakarya: 2010) hal. 89
[6] Ibid,.hal 90
[7] Ibid,. Hal 92
[8] Zainal Arifin,, Evaluasi Pembelajaran ...hal.232
[9] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar, (Bandung :PT Remaja Rosdakarya: 1995, hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar